Pages

Sunday, February 7, 2010

Budaya "SAMBATAN"

Hari ini saya lagi membaca sebuah berita media elektronik salah satu harian terkemuka di Jawa dan mencari artikel-artikel yang tentunya menarik untuk saya baca, dan kemudian saya menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh JS mengenai "Hilangnya Tradisi Sambatan" Kalo ingin baca artikel aslinya disini

Kira-kira 20 tahun yang lalu ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, hampir tiap bulan saya menyaksikan orang-orang di Kampung Saya silih bergantian Sambatan, baik itu acara kawinan, bongkar rumah, membuat rumah baru dll yang dilakukan dengan penuh suka cita, Kangen rasanya melihat seperti itu walaupun kata orang tua saya tradisi seperti masih ada namun tak seramai dulu.

Kata "SAMBATAN" mungkin tidak asing bagi kalangan orang jawa, sedikit menilik dari asal kata, Sambatan berasal dari kata "SAMBAT" yang artinya mengeluh. meskipun identik dengan kesusahan, ataupun kesulitan, Sambatan juga dipakai untuk acara menyambut kebahagiaan keluarga seperti pesta nikah, khitan anak maupun lainnya. Mekanisme undangan Sambatanpun tak perlu repot-repot dengan rapat besar, cukup dari mulut ke mulut, tuan rumah hanya meminta tolong pada seseorang dan orang tersebutlah yang menyebarkan berita tersebut.

Saat ini esensi Sambatan yang merupakan tradisi tolong menolong sesama manusia sudah mulai luntur, dimulai dari rasa "ewuh pakewuh", maksudnya sambatan sebagai pamrih jika ia hendak ada kegiatan nantinya dan jika dia tidak datang maka masyarakat akan mengucilkan. hal tersebut bukanlah sebenarnya esensi dari sambatan yang lebih ke arah tolong menolong. Selain itu memudarnya tradisi sambatan tidak terlepas dari kemajuan zaman mengingat saat ini orang sudah tidak ada waktu lagi untuk sambatan dan orang lebih mempercayakan kepda orang-orang yang profesional dan ahli.

Namun demikian, mari kita mulai dari kita untuk tetap mengedepankan esensi dari sambatan itu sendiri yakni tolong menolong antar sesama tanpa pamrih walaupun sekarang banyak yang telah meninggalkannya dan hal tersebut dianggap lumrah.

No comments:

Post a Comment