Pages

Wednesday, June 3, 2009

Migrasi Internasional dan Kebijakan Perbatasan AS


Masalah migrasi internasional pada masa sekarang ini telah menjadi persolahan yang dihadapai oleh setiap negara, baik negara berkembang maupun negara maju yang kesemuanya itu adalah sebuah rangkaian yang saling berhubungan satu sama lainnya. Banyak negara maju membuat suatu parameter dalam menghadapi persoalan mengenai migrasi internasional ini diantara dari aspek hukum, ekonomi, sosial dan hak asasi manusia. Hal tersebut merupakan paradigma baru dalam mengatur persoalan migrasi internasional agar tidak bersinggungan antar negara yang sama-sama menghadapi persoalan mengenai migrasi internasional.

Pada umumnya negara-negara di dunia ini berpandangan bahwa masalah migrasi internasional, tidak bisa dipecahkan sendiri-sendiri, tetapi harus dengan kerja sama internasional sebab ini merupakan masalah kompleks. Migrasi internasional tidak sekadar masalah pencarian kerja di sebuah negara, tetapi juga menyangkut status hukum dan hak asasi manusia. Oleh karena itu diperlukan manajemen migrasi masing-masing negara baik secara teknis birokrasi maupun dari aspek hukum.

Seperti halnya masalah migrasi di Amerika Serikat yang saat ini cenderungan pada aspek perlawanan terhadap terorisme. Sebagaimana disebutkan oleh presiden Bush bahwa sistem imigrasi Amerika sudah ketinggalan zaman atau tidak cocok bagi kebutuhan perekonomian dan bagi nilai-nilai negeri pada saat ini. Dengan undang-undang yang menghukum para pekerja keras yang hanya ingin mencukupi kebutuhan keluarga mereka, menolak para pekerja bisnis yang giat, dan mengundang keributan di perbatasan Amerika Serikat. Sudah saatnya ada kebijakan imigrasi yang mengizinkan pekerja tamu sementara untuk mengisi pekerjaan yang dihindari orang Amerika sendiri, yang menolak amnesti, yang memberi informasi siapa saja yang keluar masuk negeri kita, dan yang menutup perbatasan kita bagi para pengedar obat bius dan teroris.


Hal tersebut di atas dinyatakan oleh presiden AS sebagi penekanan politik yang secara tidak langsung megkritik kebijakan imigrasi pemerintahan Amerika Serikat sebelumya. Bahwa kritik tersebut sebagai penguat kebijakan keimigrasian yang baru pada pemerintahan AS ini.
Kita mengetahui bahwa sejak dulu sampai sekarang, Amerika adalah negara imigran. Sembilan puluh persen warga Amerika berasal dari Eropa, Afrika dan Asia. Sampai saat ini, Amerika tetap lebih terbuka bagi imigran dibanding negara lain manapun di dunia. Bahkan serangan teroris 11 September 2001 tidak mengurangi arus imigran ke Amerika.

Setiap tahun, Amerika tetap memberikan status warganegara kepada ratusan ribu orang dari negara-negara lain. Dari tahun 2002 sampai 2004, satu setengah juta orang menjadi warganegara baru Amerika, yang terbanyak berasal dari Meksiko, India, Filipina, Vietnam dan Cina. Pekerja migran dari Asia sejak lama menjadi bagian integral tata ekonomi Amerika. Orang Cina didatangkan untuk membangun jalan kereta api 150 tahun yang lalu. Ribuan pekerja dari India dipekerjakan dalam industri perkayuan di Amerika bagian barat laut seabad yang lalu. Banyak orang Filipina bekerja di lahan pertanian Kalifornia sejak lama.

Peran orang Asia dalam lapangan kerja di Amerika berubah seiring dengan meningkatnya ketrampilan mereka. Sekarang lebih banyak orang Asia bekerja sebagai dokter, insinyur atau periset komputer. Warga Amerika keturunan Asia jumlahnya hampir 13 juta orang. Indonesia, yang ketinggalan dalam pengiriman tenaga kerja ke Amerika, sekarang memiliki sekitar 100 ribu warga di Amerika. Sekarang ini, kebanyakan pekerja kasar adalah dari negara-negara berbahasa Spanish, 80 persen di antaranya datang dari Meksiko dan Amerika Tengah.

Sebagian besar warga Amerika mendukung pekerja migran, karena pekerja migran mau bekerja keras, sehingga membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja yang parah di Amerika. Ada sekitar 1,3 juta pekerja migran bidang pertanian, yang setiap tahun berpindah dari satu negara bagian ke negara bagian lain, untuk melakukan pemetikan hasil panen. Ada yang menyusuri pantai timur dari Florida di ujung selatan sampai Main di ujung utara. Pekerjaan mereka benar-benar menuntut ketahanan fisik. Para imigran gelap bekerja di bidang selain pertanian. Enam ratus ribu pekerja gelap bekerja dalam bidang konstruksi, 200 ribu sebagai koki, 175 ribu sebagai jagal, 150 ribu sebagai pelayan, dan 50 ribu sebagai pembuat roti.

Masalahnya, 65 persen pekerja migran tidak memiliki surat-surat. Mereka bekerja tanpa izin sehingga sering disebut pendatang gelap. Sementara jumlah pendatang tanpa surat meningkat, orang Amerika memberikan reaksi berbeda-beda. Beberapa negara bagian memberlakukan peraturan yang lebih ketat dibandingkan negara bagian lain. Ada yang tidak mau memberikan Surat Izin Mengemudi, ada yang melarang anak pendatang gelap kuliah dengan bayaran yang sama dengan warganegara. Layanan kesehatan dari negara bagian dibatasi.

Meskipun tidak memiliki surat-surat resmi, para imigran gelap dapat hidup di Amerika karena banyak orang Amerika yang mau membantu siapapun yang telah menjadi warga masyarakat yang baik, tidak soal status imigrasi mereka. Seorang penduduk kota Milwaukee, negara bagian Wisconsin mengatakan, “kalau mereka tinggal di sini, kami akan membantu mereka.” Sebuah bank di Milwaukee, yang didirikan untuk melayani imigran dari Jerman dan Polandia, belum lama ini menjadi bahan berita nasional karena mengizinkan pekerja gelap meminjam uang untuk membeli rumah. Beberapa bank lain mulai meniru.
Berdasarkan penelitian mengenai migran ilegal yang dilakukan oleh imigrasi Amerika Serikat diperoleh data bahwa para penyelundup imigran gelap akan membantu para pendatang gelap mempermainkan kebijakan baru ini dengan cara mereka hanya akan membayar para penyelundup untuk membawa mereka sejauh 165 kilometer dari perbatasan. Jadi kebijakan ‘tangkap dan lepas’ ini tidak benar harus dikaji ulang oleh Pemerintah Amerika Serikat dalam hal penanganan di perbatasan. Di manapun lokasi imigran gelap tertangkap, mereka harus ditahan.

No comments:

Post a Comment